Entri Populer

Selasa, 05 April 2016

Wanitaku :'*

Pikiranku kacau
Hatiku remuk, ini lebih dari sakit hati terdahsyat yang pernah aku rasakan. Nafasku kembali tak beraturan, rasanya duniaku seketika menjadi gelap.
Pagi ini aku mendapatkan pesan yang sama sekali tak pernah aku harapkan
“ibu lagi dirawat di puskesmas sekarang lagi mau di rujuk ke Rumah Sakit” begitu pesan pahit yang mba kirim melalui nomor ibu. Ada yang berhenti sekejap rasanya saat itu aliran darahku tak mengalir, jantungku berhenti memompa darah, pikiranku kacau. Satu jam – dua jam pertama aku masih bisa mengatur emosiku, aku masih berusaha mengatur konsentrasi masalah pekerjaanku dan tentunya aku juga masih menunggu kabar demi kabar yang dikirim mba.
Satu setengah jam kemudian aku kembali mengirimkan pesan singkat kepada mba menanyakan apa ibu sudah mendapatkan rujukan di rumah sakit. “iya” balesnya dengan memberitahukan rumah sakit tempat ibu dirawat. Aku masih terus bertanya penyakit apa yang beberapa bulan trakhir ini menggerogoti ibuku, yang menyebabkan ibu harus dirawat ? penyakit apa yang sering membuat ibu sesak nafas ? penyakit apa yang membuat ibu semakin kurus ?. “PEMBENGKAKAN PADA JANTUNG & ANEMIA” kurang lebih seperti itu pesan yang mba kirim. Aaah rasanya aku jadi anak tak berguna sekali, disaat seperti ini aku tidak ada untuk merawat ibu. Belum lagi beberapa hari terakhir ini aku jarang sekali menanyakan kabar ke ibu, beberapa hari terakhir ini aku terlalu sibuk memikirkan diriku sendiri sampai aku harus ‘kecolongan’ untuk masalah ini.
Aku semakin tak kuasa menahan sedihku, hingga aku harus menahan tangisku sedari pagi ini. Sesekali mataku berair, tapi tidak sampai aku jatuhkan ke pipiku. Aku harus tetap terlihat baik – baik saja di hadapan semua orang.
Allahu akbar. . entahlah aku tak bisa lagi menggambarkan semuanya. Rasanya aku ingin sedikit marah kenapa harus ibu ? kenapa bukan aku saja yang harusnya merasakan kesakitan itu ? untuk membayangkannya saja aku tak sanggup bagaimana selang – selang itu bisa berada pada tubuh ibuku ?. Mba masih berusaha menenangkanku melalui pesan singkatnya “sekarang sama – sama sabar & berdo’a untuk kesembuhan ibu”.

Wanitaku, lekas sehat yah ? sayang ibu selalu :’*
Sampai tulisan ini aku tulis, aku masih berhasil menahan air mata ini untuk tidak membasahi pipiku.

Teruntuk wanitaku yang sedang terbaring di ruangan serba putih

Peluk kium,

Putri bungsumu :’*

Kamis, 06 Agustus 2015

Dalam Diamku

Dalam diamku, aku mengingatmu
Dalam diamku, aku merindukanmu
Dalam diamku, aku mendo’akanmu
Dalam diamku, aku ingin memelukmu
Sejak kepergianku tanggal dua puluh lima juli lalu, aku sama sekali tak menghubungimu
Bukan, bukan karena aku marah
Bukan juga karena aku masih memendam semua perasaanku
Aku hanya sedikit bersedih atas sikapmu yang entah kenapa melarangku dengan hobby ku yang sekarang ?
Apa penjelasanku selama ini masih belum jelas ?
Aah seandainya saat itu kau tak melarangku, mungkin aku tak perlu lagi untuk menjaga gengsi ku disaat aku merindukanmu seperti ini
Seandainya saat itu kau menerima semua alasanku, aku tak lagi berpura – pura untuk tak mempedulikanmu
Iya, ku akui sifat kekanak – kanakan ku sesekali bisa datang kapan saja
Sesekali juga aku ingin menjadi apapun yang bisa melakukan semuanya tanpa ada larangan
Setidaknya aku masih punya cukup alasan untuk selalu mendo’akanmu
Setidaknya aku tak bisa menampik kerinduanku saat air mataku mengalir deras diatas sajadahku
Karena aku menyayangimu lebih dari apapun
Ibu. . .

Putri bungsumu yang diam – diam merindukanmu
Kamis, 06 Agustus 2015 Pukul 16.14 wib

Selasa, 16 Juni 2015

Ataxia ini mulai bersahabat dengan tubuhku

Muaak !!!! setiap kali aku mendengar denting jam yang menunjukkan kalau aku harus segera meminum obat ini, obat yang entah sampai kapan akan terus aku minum mungkin sampai penyakit ini telah lelah menggerogoti tubuhku yang semakin kurus. Sejak dua tahun yang lalu beberapa dokter memvonisku dengan penyakit yang sampai saat ini masih belum bisa aku terima – ataxia -, ini tahun ke tiga ataxia ini bermukim di tubuhku dan ini tahun ketiga juga aku tidak pernah absen untuk meminum obat ini.
“sayang, mulai sekarang kamu tak perlu lagi nge-kos supaya mama bisa terus mengontrol kondisi kamu nak” paksa mama dengan memelas.
“gak mah, kalau selly harus bolak – balik rumah ke kampus itu bakalan bikin selly nambah kecapean mah, belum lagi selly sudah memasuki semester akhir mah pasti selly bakalan lebih sering buat bimbingan ketemu dosen mah” pinta ku
“tapi saa. . .” belum selesai mama berbicara aku langsung memeluk mama
“mamah percaya yah sama selly, selly bisa kok buat ngejalaninnya. Selly janji bakalan selalu ngabarin mama setiap waktu, setiap akhir pekan selly juga bakalan pulang kok mah dan sekarang mama cukup do’ain selly aja”
Mama memelukku semakin erat saat aku tetap memaksa untuk tinggal di kosan dekat kampusku. Dengan terpaksa mama mengijinkan aku untuk tinggal di kosan, ya aku mengerti orang tua mana yang akan dengan senang hati mengijinkan anaknya berjauhan disaat keadaan buah hatinya sedang tidak dalam kondisi terbaiknya, belum lagi dengan penyakit yang sudah bermukim dua tahun lamanya ditubuh malaikat kecilnya, tapi aku tak ingin terus – menerus melihat mama bersedih saat sakit ini datang dengan tiba – tiba hingga membuat aku benar – benar tak berdaya, aku tak ingin melihat mama secara diam – diam mengusap air matanya tanpa aku ketahui, aku cuma ingin mama berhenti bersedih saat sakit ini menyerangku, paling tidak mama tidak lagi tahu aku sedang berjuang merasakan sakit ini yang bisa datang kapan saja.
Beruntungnya aku karena Tuhan mengirimkan dua sosok sahabat terpenting dari sisa – sisa hidupku, awal perkenalan kita tanpa disengaja tapi tentunya atas kesengajaan Tuhan yang mengirimkan mereka buat menjaga aku terlebih dengan sakit yang aku derita sekarang. Sore itu di depan perpustakaan kampus, aku melihat dua orang mahasiswa dengan penampilan yang sok keren tengah asik berdebat mengenai pertandingan liga champions malam tadi, sementara aku baru keluar perpustakaan dengan santai langsung nyletuk obrolan mereka sembari asik membolak – balikkan The Carpetcaggers-nya Harold Robbins. Sadar ada sosok wanita dengan t-shirt & jeans birunya itu sedang memperhatikan, mereka sontak tertegun. Aku cukup hafal apa yang ada didalam otak mereka, pasti mereka akan bilang bagaimana mungkin ada gadis dengan novel di tangan kanannya itu bisa mengerti tentang bola ?.
“hey, gw Joe” sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku
“gw Ari” dengan sigap menyingkirkan uluran tangan Joe yang belum sempat aku jabat
“hahaaa kalian ini kenapa sih, mau salaman aja nyampe berebut gitu” tawaku penuh dengan kepuasan tersendiri yang berhasil membuat mereka semakin berdebat, lalu aku berlalu meninggalkan mereka.
Perpustakaan menjadi tempat favoritku setelah aku dibuat pusing dengan seabreg tugas, aku akan pergi ke tempat ini untuk sekedar merebahkan tubuhku dikursi sembari membaca novel menghadap ke jendela yang kebetulan dibuat taman dengan warna – warni bunga anggrek, dan entah kenapa sejak saat itu aku begitu mengagumi bunga yang mempunyai nama latin Orchidaceae itu. Siang ini perkuliahanku telah selesai, aku seperti biasa pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku sebagai refrensi tugas dari dosen. Mungkin memang sudah ditakdirkan untuk bertemu lagi dengan dua “makhluk” itu hari ini, bahkan di perpustakaan saja yang biasanya selalu sepi pengunjung entah kenapa kali ini ramai dikunjungi oleh beberapa banyak mahasiswa yang ku perhatikan sejak dari tadi tengah sibuk dengan alat hitung di tangan kirinya. Kali ini aku masih tetap fokus mengerjakan tugasku, setelah mengambil beberapa refrensi dari cabinet sastra sampai akhirnya aku dikejutkan oleh dua sosok itu lagi.
“ssstttt.. ssstttt.. sssttt” terdengar seseorang dari samping bilik meja yang aku tempati yang kebetulan masih bisa terlihat oleh pembaca lain.
“kenapa ?” sahutku dengan sedikit berlalu karena aku tengah sibuk merampungkan cerpen baruku.
“luh cewe yang kemaren itu kan ?” Tanya sosok pria dengan sedikit kumis tipis dan lesung pipi itu
“iyah, ini gw” jawabku masih dengan mata menghadap monitor laptopku
“luh belom jawab pertanyan kita kemaren, siapa nama luh ?” terdengar suara dari bilik yang sama dengan suara yang sedikit cempreng, Joe. Aku masih diam sibuk dengan jemariku yang tak henti memainkan keyboard laptopku dan beberapa kali membetulkan kacamata minus ku.
“oh jadi nama luh Selly, anak sastra yah?” cletuk Ari.
Sontak mataku terbelalak melihat mereka, bagaimana bisa salah satu dari mereka tahu namaku ?
“sok tau luh!!” jawabku dengan penuh rasa kesal yang masih menyimpan tanda tanya dari mana mereka mengetahui namaku.
“udah, luh gak usah ngeles gitu, dari tadi gw merhatiin luh ngerjain tugas disitu luh tulis nama luh dan diliat dari tuh tugas, itu pasti tugasnya anak sastra” jawab Ari dengan penuh keyakinan. Sementara aku berlalu pergi meninggalkan mereka tanpa pernah menjawab pertanyaan mereka.
Keesokan paginya seperti biasa aku datang lebih awal untuk menyelesaikan beberapa tulisanku yang akan aku kirimkan untuk beberapa harian Warta Kota minggu ini, sebagai mahasiswi yang tinggal jauh dari orang tua aku memang berinisiatif sejak masuk kuliah untuk mengasah hobiku ini, sekedar untuk membeli beberapa buku dan beberapa novel. Sebenarnya mama melarangku untuk menjual tulisanku ke harian Koran itu dengan dalih mama lebih dari cukup bisa membiayai semua kebutuhanku tanpa aku harus rela membagi waktu istirahatku hanya untuk menyelesaikan tulisan yang akan aku muat. Tapi tetap saja aku akan merengek memeluk mama dan mengecup pipinya dengan keyakinan hobiku ini tak akan pernah mengganggu waktu belajarku, dan ini terbukti karena di semester pertamaku aku berhasil mendapatkan nilai terbaik di fakultas Sastra dan Budaya. Dan itu alasan yang cukup buat meyakinkan mama untuk aku tetap menulis di harian Warta Kota sampai sekarang.
Aku melihat dua sosok itu lagi tengah sibuk memainkan gadget mereka dan sesekali mereka akan melihat ke jalanan seperti sedang ada yang mereka tunggu tapi aku tak pernah berfikir kalau mereka sedang menungguiku.
“shiiittt, ngapain dua makhluk itu berdiri depan kelas gw ?” gumamku dalam batin.
Aku tetap berjalan dengan santai menuju kelas, karena memang ada beberapa deadline yang harus aku selesaikan hari ini sebelum jam makan siang. Tiba – tiba penglihatanku menjadi kabur pandanganku semakin buram bahkan aku tak mendengar suara sedikitpun dan akhirnya “buuuuuuggggggggg” aku pingsan dan cukup lama aku tak sadarkan diri.
“Sell, luh bangun donk sell” aku mendengar suara yang mirip dengan salah satu dari dua orang yang aku temui di perpustakaan. Sedikit membuka mata dan memastikan suara siapa yang sedang membisikkan “mantera” di telingaku. Dugaanku benar itu memang suara orang yang belakangan ini aku temui di perpustakaan kampus, Ari.
“gw dimana ?” tanyaku sambil melihat sekeliling ruangan yang memang kudapati banyak obat – obatan dan ada beberapa alat kesehatan.
“luh di klinik Sell, tadi pingsan terus kita yang bawa luh kesini. Gimana keadaan luh ? luh gak papa kan ?” jawab Ari dengan nada sedikit cemas.
“oh kalian yg bawa kesini, thanks yah. Gw gak papa ko. Kalian gak ada kuliah emang kok jam segini masih disini ?” ucapku supaya mereka bergegas meninggalkanku.
“hari ini kita gak ada kuliah Sell, kita sengaja ke kampus buat nyamperin luh soalnya luh belom jawab pertanyaan kita kemaren” gerutu Joe dengan nada yang sedikit kecewa karena sikap cuek aku terhadap mereka.
“sorry yah, buat sikap gw kemaren sama kalian. Gw selly” ku ulurkan tanganku pada mereka
“iya gak papa kok, kita juga tau luh pasti bukan cewe sembarangan yang bisa ngasih nama luh ke siapa aja kan” Ari membalas uluran tanganku dilanjutkan dengan uluran tangan Joe. Dari kejadian itu lah yang menyebabkan dua makhluk itu menjadi sahabat terbaikku sampai sekarang.
Awalnya aku tak begitu mengerti apa yang membuat tubuhku sering tiba – tiba jatuh tanpa sebab dan sering kehilangan keseimbangan, aku menganggapnya sebagai hal yang biasa saja mungkin karena aku sedang terlalu lelah dan aku akan kehilangan keseimbangan itu. Sampai akhirnya seorang sahabatku Joe memaksaku untuk memeriksakan kondisiku ke dokter, tentunya tanpa sepengetahuan orang tuaku karena aku berfikiran ini hanya kelelahan biasa yang wajar terjadi pada siapa saja yang bisa membuat seseorang kehilangan keseimbangan.
“gw gak mau tau, pokoknya luh mesti check segera Sell!!” bentak Joe saat aku tersadar dengan posisi aku telah berada di tempat tidurku.
“gw gak papa kok Joe” dengan nada yang masih terdengar lirih aku berusaha untuk meyakinkan sahabatku.
“Sell!! Ini bukan kali pertama luh jatuh di deket tangga kosan luh, ini udah kelewat sering gw ngliat luh jatuh, tolonglah Sell kali ini aja luh dengerin gw kalau luh emang nganggep gw sahabat luh. Gw gak mau terjadi apa – apa sama luh lagi, gw mau ini kejadian terakhir luh jatuh” paksa Joe
“tapi Joooo” ucapku sambil tetap meyakinkan kalau aku dalam keadaan baik – baik saja.
“pokoknya, besok gw sama Ari bakalan nganter luh check up selesai kuliah. Dan kali ini luh gak boleh bantah apa yang gw minta dan besok selesai kelas luh gak boleh kabur” ancam kedua sahabatku. Dan kali ini aku benar – benar tidak bisa untuk bilang tidak pada mereka. Mereka kembali ke rumah setelah memastikan keadaanku telah benar – benar baik.
Pukul satu siang perkuliahanku sudah selesai, dan harusnya aku segera bergegas dari kelas untuk bertemu dengan kedua sahabatku yang memang kemarin telah mengancamku untuk membawaku check up, tapi rasanya aku begitu takut bertemu mereka mendengarkan langkah kaki mereka saja sudah membuat aku berkecucuran keringat dingin, tidak seperti biasanya yang dengan santainya setelah keluar kelas pasti aku langsung mendatangi mereka bahkan sebelum dosen keluar kelas juga biasanya aku lebih dahulu “memporak – porandakan” mereka karena kebetulan kita berada di fakultas yang bersebrangan. Aku yang sejak masih duduk dibangku SMA memang menggemari dunia sastra Indonesia sementara Joe dan Ari mengambil ekonomi.
Aku berjalan lebih cepat dari biasanya untuk menghindari ajakan ke rumah sakit oleh sahabatku, dari kejauhan aku mendengar seseorang berlari mengejarku sambil memanggil – manggil namaku.
“Sell.. Sell.. Selly” Joe menepuk pundakku sambil mengatur nafasnya.
“luh gk lagi mau ngehindar dari kita kan? Kita kan udah janji bakalan nganter luh ke Rumah Sakit” ucap Joe
“eng. .engga kok siapa yg mau kabur sih orang gw laper mau ke kantin dulu” bantah aku mencari alasan.
“udah makannya tar aja dijalan, tuh Ari udah nunggu di parkiran. Cepetan!!” Joe menarik tanganku menuju parkiran mobil.
Perjalanan menuju rumah sakit kita masih bisa bercanda seperti biasa, dan tentunya dengan kejailan – kejailan mereka yang lebih banyak menghiburku karena sebenarnya dari tadi aku sedang berusaha melawan sakitku. Tiba di rumah sakit aku langsung bertemu dengan Dr. Gio (Ahli penyakit saraf dan saraf intervensi), sebelumnya Ari memang sudah menjadwalkan bertemu dengan Dr. Gio supaya aku tidak terlalu lama untuk mengantri.
Memasuki ruangan yang serba putih, melihat sosok pria dengan kacamata minusnya. Kakiku gemetaran saat melangkahkan kaki melihat senyum dari bibir tipisnya dengan lesung pipi yang begitu nyata bahkan saat menyapaku saja aku bisa melihat lesung pipi itu, matanya penuh ketulusan seorang dokter kepada pasiennya, usianya masih sangat muda sekitar 25 tahun.
“Selly yah ? silahkan duduk” sapanya dengan ramah yang aku rasakan tidak ada kemunafikan dari tatapannya.
“iyah dok, terimakasih” aku balik memberikan senyum terbaikku saat itu.
Setelah aku menceritakan semua keluhanku, kemudian dokter melakukan pemeriksaan fisikku dilanjutkan dengan CT-scan untuk membantu dokter menegakkan diagnose yang tepat dengan sakitku ini. Pemeriksaan selesai, aku sedikit tidak yakin kalau aku baik – baik saja, belum lagi sebelum melakukan pemeriksaan ini aku telah lebih dulu untuk browsing tentang gejala – gejala yang aku alami belakangan ini.
“Selly, hasilnya bisa diambil tiga hari lagi yah ? nanti bisa janjian langsung bertemu dengan saya” Dr. Gio berhasil membuyarkan lamunanku
“bbb. . baik dok, terimakasih yah dok sampai bertemu lagi” ku ulurkan tangan untuk salaman. Sementara Joe dan Ari masih setia menungguku di Ruang Tunggu.
“wooooyyyyy” aku sengaja mengagetkan mereka karena aku tidak ingin melihat ada kesedihan dimuka mereka walaupun aku juga belum tau sebenarnya penyakit apa didalam tubuhku.
“shiittt. . luh mah gak tau orang lagi tegang apa” gumam Joe
“gimana nyet hasilnya ? luh gak papa kan ?” tanya Ari
“iyeee gw gak papa kok, hasilnya bisa diambil tiga hari lagi. Sekarang gw laper dan kalian harus traktir gw makan karena gw udah ngrelain waktu gw buat dibawa kesini. Gak pake ngeles lagi pokoknya titik.” Aku sedikit memaksa mereka.
Ari berjalan menuju ke parkiran, sementara aku dan Joe menunggu di lobby rumah sakit. Sore itu kami memutuskan untuk makan di tempat favorit kami daerah cikini, memang sedikit lebih jauh dari kosanku yang berada di depok tapi aku tak pernah memikirkan jarak saat bersama kedua sahabatku karena aku yakin mereka akan menjagaku dan memastikan kalau aku aman saat bersama mereka.

Kata mutiara bijak tentang persahabatan dan arti sahabat sejati

Bersambung. . . . .


Jumat, 05 Juni 2015

Sesederhana ini bisa merasakan Jutaan Kebahagiaan

Pagi ini…
Aku melakukan aktifitasku seperti biasa : bangun tidur ku terus mandi  pagi, luangkan waktu sebentar buat membalas beberapa chat yang mampir di BBM dan WA ku. Lalu hening saat melihat pesan ber-isikan “bungsu pangkat (bungsu berangkat) ? ”. Iya itu pesan dari ibuku, sosok perempuan terindah yang dianugerahkan Tuhan sebagai malaikatku yang akan selalu membahagiakanku dan tentunya juga dengan aku yang akan selalu berusaha untuk membahagiakannya dengan caraku yang paling sempurna.
Aku masih belum membalas pesan dari beliau, karena aku berfikir akan segera menghubunginya nanti saat aku berpamitan untuk melakukan aktifitasku. Berjalan mengikuti gang yang lumayan sempit menuju tempat biasa aku menunggu angkutan umum. Tangan kananku mengambil ponsel dari saku celanaku, sementara tangan kiriku sibuk menggenggam buku karya Boy Candra yang baru saja sampai dua hari yang lalu.
Segera ku cari kontak perempuanku itu, lalu dengan cepat langsung tersambung dengan ibuku.
“assalamualaikum bu”
“waalaikumsalam sayang, lagi ngapain ? gimana kabar kamu nak?”
“lagi jalan bu, mau berangkat kerja. Alhamdulillah sehat semua sayangkuh, ibu gimana? Keluarga sehat semua kan bu ?”
“yaudah hati – hati yah bungsu, Alhamdulillah sehat semua. Semalem ditengokin sama mas mu toh ?”
“iyah bu, semalem mas kesini tapi ketemu sebentar”
Angkutan yang biasa aku naiki, telah menunggu di ujung jalan. Aku segera berpamitan untuk menutup telefon dan berangkat kerja.
Terimakasih Tuhan. .
Engkau menghadiahkan aku malaikat yang begitu sangat dekat walaupun dengan jarak sejauh apapun,
Perhatiannya untukku tidak pernah putus
Kasih sayangnya tidak pernah lelah untuk terus menyemangatiku
Pagi ini malaikatku menyapaku dengan sapaan mungkin sebagian orang itu terdengar biasa saja, tapi itu begitu sangat berarti apalagi dengan keadaanku yang seharian kemarin dibuat badmood oleh beberapa “jin” yang berbentuk manusia (begitu kata seorang yang aku ceritakan ke-badmood-an ku).
Sesederhana itu sih kebahagiaanku saat ini, saat mendengar suaranya yang tulus penuh kasih sayang tanpa ada sedikitpun kepura-puraan rasanya hati ini begitu tenang.
Beliau salah satu alasan yang paling menguatkan aku untuk bertahan sejauh ini
Beliau salah satu alasan yang membuatku untuk segera menjadi sarjana.
Tuhan. . .
Jika dengan aku cepat menjadi sarjana itu membuat kedua malaikatku tersenyum dengan bangga, izinkan aku untuk segera mengukir senyuman yang penuh kebanggaan itu
Jika dengan aku segera menyelesaikan semua tugas – tugasku itu sebagai tanda baktiku kepada kedua malaikatku, maka Ridhoi aku untuk dapat menyelesaikan semuanya untuk membahagiakan mereka.

Putri bungsumu yg selalu haus akan rapalan “mantera” ajaib itu
Jum’at, 04 Juni 2015 Pukul 11.16

Rabu, 20 Mei 2015

Dunia Gue

Selamat datang “di dunia gue”  dimana blog ini bercerita banyak tentang pengalaman gue, pengalaman berdasarkan cerita dari orang – orang terdekat gue, berdasarkan imajinasi gue. Langsung aja lah gue gak pengen panjang kali lebar yah.
Awalnya blog ini gue buat pas gue lagi ngrasain galau yang segalau – galaunya bahkan ngalahin galaunya para mahasiswa yang lagi mau nyusun Skripsi macem gue ini. Gue adalah mahasiswi dari FE akuntansi di salah satu universitas yang ada di Jakarta tepatnya dibagian selatan.
Gue gak mau panjang lebar, kenapa gue ngebuat blog ini? karena gue suka nulis. It’s simple bro!
Gue gak pernah punya cita – cita buat jadi penulis hebat kaya idola – idola gue. Gue Cuma pengen ngluarin semua unek – unek gue, kegelisahan yang gue rasain. Secara udah gak jaman kalau gue harus coret – coret di buku diary gitu kan? Belom lagi tulisan gue yang kalo lagi males apalagi kalau lagi galau – segalau galaunya, tulisan gue lebih mirip kaya coretan – coretan kaki ayam yang lagi nyoret – nyoret tanah. Serem gak sih ? kalau pas gue lagi iseng – iseng buka diary tiba – tiba gue mendadak sakit mata gara – gara ngliat tulisan gue yang gak karuan itu ? yang ada pas gue baca malah nangis bombay.  bukan, bukan gara – gara kegelisahan yang gue tulis. Tapi karena gue sedih gak bisa baca tulisan gue sendiri!. *makin ngaco*
Kata orang – orang terdekat gue sih banyak yang bilang kalo gue orangnya supel banget, gampang buat beradaptasi sama lingkungan baru, cepet akrab sama orang – orang yang baru gue kenal, tapi sebenarnya mereka salah. Jujur gue pemalu, gak gampang nyetel sama orang yang baru gue kenal kecuali kita memiliki “kegilaan” yang sama. Tapi bisa dibilang gue cukup banyak punya teman yang dekat sama gue, bisa dibilang sahabat sih tapi gak tau deh mereka nganggep gue sahabat mereka apa petaka mereka. Anyway gue punya satu sahabat dari jaman gue yang masih unyu – unyu banget nyampe sekarang, gue biasa manggil dia “In’on”.
Gue bungsu dari empat bersaudara, kakak – kakak gue udah pada merried semua tinggal gue doank yang belom karena gue masih jomblo kuliah nyampe saat ini *alibi gue doank sih biar gak didesak – desak suruh merried”. Sebagai anak bungsu banyak yang bilang kalau gue manja banget, tapi menurut gue, gue gak semanja yang dipikirkan orang – orang  kok dan gue buktiin dengan cara gue pergi ke kota orang semenjak gue lulus SMK, iya sih gue disini gak tinggal sendiri tapi tinggal sama saudara gue tapi yaudaa sih tetap aja kan gue bisa buktiin kalau anak bungsu gak selamanya manja. Tapi kadang gue ngrasa bangga juga kalau dibilang manja, rasanya tuh gue jadi anak yang paling diperhatiin sama keluarga gue terutama sama bonyok gue, kebayang donk hampir tiap hari gue telfonan sama ibu gue, dan kebetulan akhir – akhir ini gue lagi punya hobi ngetrip, sebenarnya sih ini udah jadi salah satu cita – cita gue pas jaman – jaman SMK Cuma berhubung gue punya teman pada kebanyakan anak – anak mall semua jadi susah deh buat ngetrip pada waktu itu, oke balik lagi ke ibu gue yang selalu kalang kabut kalo pas kedapetan weekend terus nelfon gue nomor gue gak ada yang bisa dihubungi, itu paniknya udah kaya apa aja, tapi gue bangga sih berarti mereka benar – benar takut buat kehilangan gue *very sweet mom, peluk kium buat wanita terindah gue*
Gede Mt. trip pertama gue tepat di pergantian usia gue, yup  benar banget gue sengaja ngetrip di tanggal itu karena gue pengen ngrayain ulang tahun gue dengan cara yang berbeda, dengan cara yang mungkin biar gue lebih bisa bersyukur dan menghargai apa yang udah dikasih sampai sejauh ini sama Sang Empunya hidup (Allah Swt). Gue naik bareng teman – teman gue (bisa diliat di http://sivia29.blogspot.com/2014/12/indahnya-puncak-2958-mdpl-di-usia-22th.html ) jujur itu pendakian pertama yang paling berkesan, gue gak bakalan nglupaian semua perjalanan itu (kecuali kalo gue udah tua terus kehilangan sedikit ingatan gue, catet yah Cuma sedikit artinya tuh gak banyak berarti Cuma beberapa doank)
Gue adalah penggila club sepak bola di inggris yang bertempat di London Barat yang punya stadion “Stamford Bridge” kalian pasti tau donk ? yup Chelsea FC. Pertama kali gue jatuh cinta sama club itu pada piala dunia 2006 yang diadakan di German, awalnya sih gue Cuma ngefans sama Captain Timnas German saat itu “MICHAEL BALLACK” si kaisar kecil yang begitu memukau dengan sundulan gledeknya pas di area kotak penalty lawan, dari situ gue selalu mengikuti perjalanan idola gue sampai akhirnya gue tau kalo dia di pinang sama Club Inggris “Chelsea FC”, yah walaupun Ballack Cuma bertahan sampai akhir musim 2010 doank sih tapi sampai sekarang gue masih mengagumi Club ini. Sampai akhirnya pertengahan tahun 2013 ( 25 Juli 2013 ) tepatnya sih pas bulan puasa, Chlesea FC datang ke Indonesia dan itu pertama kalinya gue ngliat Club Favorit gue secara langsung. Saat itu sepanjang jalan menuju ke GBK menjadi lautan manusia yang mengidolakan The Blues.
Gue kira cukup nyampe sini aja perkenalan dari gue yah. Thanks udah mau berepot – repot ngluangin waktu kalian buat ngebaca bio gue yang gak seberapa penting ini.



Jumat, 08 Mei 2015

Jangan lelah untuk mengucapkan "Mantera" itu untuk ku :')

Entahlah, rasanya jutaan kebaikan tak akan pernah cukup untuk membalas semua perjuangan dua malaikatku
Dua malaikat terpenting untukku, yang Tuhan kirimkan untuk menyayangiku dan menjagaku dengan tulus
Sebentar lagi semester 6 akan berakhir, bulan depan aku sudah melaksanakan UAS di semester 6, yang artinya semester depan sudah harus berkonsentrasi dengan pengajuan judul, outline, bimbingan dan skripsi.
Aahh  setiap kali mendengar kata yang terdiri dari tujuh huruf itu “SKRIPSI” rasanya aku menjadi mahasiswa yang sedang salah jurusan. Belum lagi kemarin mendengar cerita – cerita dosen tentang beberapa dosen pembimbing dan pengujinya, rasanya ingin pura – pura lupa kalau aku sedang menjalani semester (yang hampir) tingkat akhir.
Sampai sekarang belum ada bayangan sama sekali aku akan berkonsentrasi apa ? audit kah ? manajemen kah ? atau pajak ? rasanya pengen cepet – cepet lulus tanpa harus menikmati itu semua.
Namun tiap aku merasakan titik terendahku sebagai mahasiswa (yang hampir) tingkat akhir, selalu ada bayangan kedua malaikatku yang muncul di hadapanku, ada sorak riuh penuh semangat yang berkeliaran di otakku, iya sosok itu adalah Ibu & Bapak ku.
Mereka yang selalu mendukungku sejauh ini dengan keputusan apapun yang memang baik untuk diriku, tak jarang mereka menolaknya. Belum lagi dengan kejadian baru – baru ini yang sempat membuatku down, mereka punya pengaruh besar dalam kebangkitan semangatku. Sejak kejadian itu, aku lebih sering minta ijin untuk melakukan hobby ku (ngetrip) tentunya dengan seijin mereka, awalnya memang terdengar ketakutan seorang ibu terhadap putri bungsunya saat meminta ijin untuk melakukan pendakian di tengah kondisi pikiranku yang sedang “semrawut” tapi dengan sedikit penjelasan mereka mengijinkanku. Mungkin ini bagian dari pelampiasan aku buat meluapkan semuanya dengan cara seperti ini.
Mungkin saat ini, aku belum bisa bahagiakan ibu & bapak layaknya teman – temanku yang telah lebih dulu membahagiakan malaikat hidup mereka
Aku juga belum bisa meyakinkan ibu & bapak kalau putri bungsu kalian telah tumbuh menjadi anak gadis yang masih belajar untuk mendewasakan diri
Dua malaikatku yang paling berpengaruh dalam hidupku,
Aku tau, aku sadar, aku paham, aku mengerti, dan aku ingin
Jangan pernah lelah merapalkan jutaan do’a untuk putri bungsu ibu & bapak dalam setiap percakapan dengan Sang Maha Agung
Jangan pernah lelah untuk menyayangiku
Jangan pernah lelah dengan segala kemanjaanku
Jangan pernah lelah juga karena putri bungsu kalian masih sering mengeluh dengan keadaan ini
Ibu. . . Bapak. . .
Ajarkan aku cara bersyukur seperti kalian yang selalu mensyukuri semua nikmat-Nya
Ajarkan aku menjadi pribadi yang selalu rendah hati seperti yang kalian perbuat selama ini
Ajarkan aku untuk mencintai orang – orang disekelilingku tanpa batas
Ibu . . . Bapak. . .
Berjanjilah kalianlah yang pertama akan menemani, melihat, dan merasakan semua perjuangku ini (kesuksesanku)
Selanjutnya biar aku yang meminta sendiri sama Tuhan,
Aku pinta, sehatkan kedua malaikatku
Jaga mereka, limpahkan selalu kebahagiaan untuk mereka,
Beri aku kesempatan untuk mengukirkan senyum kebanggaan di bibir mereka atas semua hasil perjuanganku
Biar Tuhan yang menjaga ibu & bapak, yang pastinya Tuhan lebih mengerti bagaimana selama ini kalian menjagaku dengan sangat penjagaan yang sangat luar biasa bahkan dalam jarak sejauh ini
Saat aku merasa lelah, aku selalu mendengar mantera ajaib yang seketika langsung menghipnotisku
“Nikmati prosesnya maka kelak kamu akan menuai hasilnya, jadikan semua yang sedang kamu kerjakan adalah ibadah untuk mencapai surga-Nya. Yakinlah tidak ada ujian yang tidak mempunyai jawaban (penyelesaian).
Lakukan, jalani, kerjakan, dan nikmati hasilnya nak”
Ya itulah mantera yang selalu di ucapkan oleh kedua malaikatku.

Jutaan do’a untuk dua malaikatku di sore ini
08 Mei 2015, Pukul 15.32 wib


Rabu, 06 Mei 2015

Menuju Puncak 2665mdpl

Kerinduanku terhadap “mdpl” tak menyurutkan niatku untuk pendakian kali ini, meski kondisiku tidak dalam keadaan 100% fit tapi tetap saja kemauanku mengalahkan rasa sakit ini.
Packing sebelum pemberangkatan.

2665 mdpl trip kali ini aku bergabung bersama seorang sahabatku Yong, dan teman – temannya ( Bang Dayat, Riky, Aminah, Alan, dan Rian ). Sebelumnya kita sudah janjian untuk berkumpul di terminal Kp. Rambutan pukul 20.00 wib, kita memutuskan untuk mencarter mobil untuk mengantarkan kita sampai pos pendaftaran sebelum pendakian. Carteran kami tidak Cuma berisikan kami saja, tapi digabung sama 3 pendaki yang akan ngetrip juga di cikuray, kebetulan antara cikuray dan papandayan masih satu arah (sama – sama daerah garut). Kami berangkat dari kp. Rambutan sekitar pukul 22.00 wib sampai di lokasi pendaftaran pukul 05.30 wib, pagi itu kami disambut dengan rintikan gerimis dan kabut yang menyelimuti kaki gunung papandayan.
Menunggu mobil jemputan di Terminal Kp. Rambutan.

Sampai di basecamp kami packing perlengkapan & peralatan yang akan dibawa, dilanjut dengan sarapan. Pukul 08.00 wib kami mulai melangkahkan kaki untuk menikmati lukisan Sang Pencipta yang begitu indah.
Saat beristirahat sebelum mulai pendakian

Sebelum pemberangkatan menuju 2665mdpl


Perjalanan menuju camp (pondok salada)

Singkat cerita kami sampai di area camp sekitar pukul 11.30 wib ( kebetulan saat itu kami memutuskan untuk ngecamp di pondok salada ). Sampai di tempat camp kami langsung menyiapkan untuk mendirikan tenda, setelah tenda sudah berdiri kami langsung bagi tugas, aku sama yong menyiapkan makan siang sementara yang lainnya membereskan tenda, carrier, dll. Selesai makan siang kami sedikit merebahkan tubuh kami yang mulai lelah, aku, riky, dan rian tertidur dengan pulasnya, aminah asik dengerin music dari gadgetnya sementara yang lain entahlah sibuk dengan dunianya sendiri hahahaha.
Sibuk menyiapkan makan siang

Selesai mendirikan tenda

Sore harinya aku, yong, riky, bang dayat, dan alan memutuskan untuk sekedar menikmati indahnya lukisan Sang Pencipta di Hutan Mati, sementara aminah dan rian istirahat di tenda. Pemandangan yang benar – benar awesome , sedikit tidak percaya kalau aku sampai disini (hutan mati) tempat yang aku impikan untuk Prewedd ku kelak (semoga saja). Setelah asik menjelajahi tiap sudut hutan mati dan mengambil beberapa gambar kami kembali ke tenda.



suasana di Hutan Mati

Malam harinya kami sibuk menyiapkan untuk makan malam, menu ala anak gunung (anung) : mie instan, nasi, sarden, dan beberapa cemilan lainnya dimakan begitu lahapnya dengan cara bergantian. Selesai makan dilanjutkan dengan sesi sharing satu sama lain. Pukul 22.00 wib kita langsung bersiap – siap untuk beristirahat karena besok pagi akan menjadi hari yang sangat panjang dan terlalu sayang untuk dilewati begitu saja, setting alarm pukul 03.00 wib untuk menyiapkan makan pagi kita dan bekal apa saja yang akan dibawa menuju puncak. Selepas sholat subuh kami memulai perjalanan menuju puncak, ada banyak rombongan yang lain juga sedang bersiap – siap untuk melakukan perjalanan ke puncak.


Menyiapkan menu makan malam

Sampai di tegal alun (ladangnya edelweiss) sekitar pukul 07.00 wib hal pertama yang aku lakukan mengucapkan syukur yang tiada hentinya dalam hati, sungguh besar kuasa-Nya menciptakan dan menumbuhkan bunga edelweiss yang luasnya sekitar 80 hektar. Langsung jepret (foto) aja deeh hahaha. Setelah puas kami berfoto – foto kita kembali ke tenda bersiap – siap untuk kembali pulang (Jakarta).









Kembali membagi tugas, aku dan yong sibuk menghabiskan logistic untuk menu makan siang kami sementara yang lain bergantian packing perlengkapan pribadi masing – masing dan membongkar tenda.
Menyiapkan Menu Makan Siang




Makan siang sebelum pulang

Melakukan do'a bersama sebelum pulang

Menyerukan slogan "Si Anung"

Pukul 11.30 kami memulai perjalanan pulang, jalur pulang kami berbeda dengan jalur ketika kami naik. Kali ini kami pulang melalui jalur mati yang pastinya lebih ekstrim (sebelah kanan jurang) dibandingkan jalur yang ketika kami lalui saat berangkat. Ada kejadian yang sempat membuat aku shock dimana aku terpeleset oleh kerikil – kerikil di jalur yang kami lalui, hampir saja aku jatuh ke jurang, aku sedikit menjerit (suatu kejadian yang jarang sekali aku lakukan kecuali dalam keadaan panik), sontak riky langsung berteriak karena panik juga, syukur Alhamdulillah Allah masih melindungiku. Aku tertegun jantungku berdetak kencang, dengkul ku gemeteran, langkahku terasa berat, aku langsung duduk sambil menenangkan diri dengan minum air mineral. Sekitar 5 menit aku menenangkan diri dan kembali melanjutkan perjalanan, kali ini lebih hati – hati saat berjalan melalui kerikil – kerikil itu.


Perjalanan pulang melewati jalur Hutan Mati

1 jam 45 menit perjalanan dari pondok salada sampai di bawah itu sudah ditambah dengan istirahat di air belerang. Sampai dibawah kami langsung mencari mobil pick up seperti pesan dari supir dari mobil carter-an kami. Perjalanan menuju ke masjid (tempat dimana kami dijemput untuk kembali ke Jakarta) ditemani sama rombongan yang lain dan hujan yang begitu derasnya, tanpa jas ujan/ponco/flysheet/terpal kami benar – benar dibuat basah kuyup tapi kami begitu sangat menikmatinya karena sejak pendakian kami memang belum mandi hehehe tapi sayang moment seperti ini kami tidak mengambil gambar karena kami mengamankan gadget masing – masing.
Sampai di masjid kami langsung membersihkan badan kami, yup hal pertama yang dilakukan adalah mengantri di kamar mandi. Ada kejadian yang tidak biasa saat aku sedang mengantri, aku melihat sosok lelaki yang pernah aku temui saat aku melakukan pendakian di pangrango. Agak sedikit kurang jelas memang karena di ruangan itu sendiri sangat minim penerangan, lalu sosok lelaki itu lewat tepat didepanku dengan reflek langsung saja kusapa sosok itu.
“ka, luh yang lagi itu dipangrango bukan?” tanyaku
“eeh luh cewek itu kan?”lanjut dia
“hehee iya ka” jawabku
“ok, gw tunggu di depan yah” ajak dia
Selesai aku membersihkan diri, langsung ku temui sosok lelaki tadi tepat di teras masjid. Dia sedang duduk bersama dengan rombongan yang lain.
“eeh ka ko bisa sih kita ketemu lagi kaya gini yah?”
“lah, tadi gw liat luh di tegal alun, tapi mau gw samperin takut itu bukan luh” jawabnya
“yaelee ka, luh kalo gak yakin kan bisa liat syall gw ka”
“iyee, gw tadi liat luh lagi bawa syall Chelsea luh itu tapi takut salah orang hahha”
Panjang lebar kita ngobrol, kali ini aku gak mau melewatkannya lagi buat minta kontak mereka. Tapi tetap aja dengan kebodohan yang sama aku lupa menanyakan namanya *tepok jidat*
Dua kakak yang dulu pernah bertemu di pangrango mt. gak sengaja bertemu lagi di antrian kamar mandi :p

Kami berpisah setelah rombongan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju terminal, sementara aku dan yang lain masih menunggu jemputan kami datang. Pukul 17.00 wib mobil kami baru datang, kami melanjutkan perjalanan dengan menjemput 3 pendaki yang melakukan pendakian ke cikuray.
Perjalanan menuju Jakarta benar – benar macet, kami baru sampai di terminal kp. Rambutan pukul 00.30 wib. Kami berpisah di terminal, rian menaiki bus menuju rumahnya, yong, bang dayat & aminah naik taxi menuju kos-an, riky naik taxi menuju rumahnya, sementara aku juga naik taxi menuju ke rumah.
”Terimakasih Tuhan karena Engkau membiarkan aku menikmati keindahan alam-Mu di negeriku ini
Terimakasih dua malaikat yang sangat berarti yang selalu memberikan ijin dan selalu ada do’a yang terucap dalam setiap langkahku
Terimakasih untuk setiap proses yang kita lewati bersama, bergandengan tangan, saling menopang, saling menjaga, saling mengingatkan satu sama lain
Hilangkan semua perbedaan karena kita disini sama. Sama – sama ingin menikmati setiap proses untuk melihat keindahan negeri ini atas kuasa Sang Semesta.
Semoga ini awal dari perjalanan cerita – cerita kita selanjutnya”

Didedikasikan untuk semua sahabat – sahabat pecinta alam